Jumaat, 20 April 2012

PESANAN (2)

PESANAN BUAT ANAK –ANAKKU ( 2 )

Biasanya,
bagi anak- anak yang sudah dewasa, yang sedang belajar atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa rindu sekali dengan Mamanya.Lalu bagaimana dengan Papa?Mungkin kerana kalian lebih sering menelefon Mama kalian dirumah sehingga kekadang untuk menanyakan keadaan Papa, kalian kelupaan.Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajak kalian bercerita atau bergurauan,tapi tahukah kalian, bahwa sepulangnya Papa dari bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang keadaan kalian dan apa yang kalian lakukan seharian?

Pada saat kalian masih seorang anak yang kecil…Pada saat kalian menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatap hiba.Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kalian sakit atau demam dan batuk, Papa yang terlalu khuatir sampai kekadang sedikit membentak dengan berkata :“Dah cakap! jangan minum ais kerim!”.Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihati kalian dengan lembut.Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar khuatir akan keadaan kalian.
Ketika kalian meningkat remaja….Kalian mulai menuntut pada Papa untuk keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?Karena bagi Papa, kalian adalah sesuatu yang sangat - sangat berharga..Setelah itu kalian marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil menghentak pintu…

Saat kalian mulai lebih dipercaya, Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untuk kalian, kalian sering melanggar jam malamnya.Maka apa yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggu kalian pulang dengan hati yang sangat khuatir, bimbang…Dan setelah perasaan khuatir itu berlarut - larut…Ketika melihat kalian pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa pasti akan memarahi kalian.Sedarkah kalian, bahawa ini adalah kerana hal yang di sangat ditakuti Papa akan berlaku?.Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depan kalian nanti….
Ketika kalian meningkat dewasa….Papa hanya mampu memberi nasihat ini - itu, dan menyuruh kalian untuk berhati-hati.Papa sering menasihati kalian agar sentiasa mengenali siapa diri kita dan kemana akhirnya kita.Ingat…?Kita hanya ada dua pilihan,baik atau buruk .Sering Papa mengingatkan kalian, kita hanyalah hamba Tuhan yang tidak punya apa-apa.Cuma yang ada pada kita hanyalah amal dan iman yang akan kita bawa di Akhir nanti. Papa ingin sekali menangis dan memeluk kalian erat-erat dan berkata “Jaga diri kalian baik-baik” Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi jauh dan menjadi dewasa…

Disaat kalian memerlukan perbelanjaan kehidupan kalian, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya merasai sama dengan teman-teman kalian yang lain.Ketika permintaan kalian bukan lagi sekadar meminta boneka atau permainan baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memuaskan apa yang kalian inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tak payah!”Padahal dalam batin Papa, sangat ingin mengatakan “Iya lah, nanti Papa belikan untukmu”.Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Dan akhirnya….
Wahai anak-anak yang Papa kasihi, janganlah kalian semua mengecilkan hati kami kerana ianya adalah suatu kepedihan yang teramat sangat kami rasakan kerana kepada kalian semualah tempat kami menumpang kebahagian. Fahami lah perasaan ibu kamu yang telah melahirkan kamu semua, fahami lah perasaan kami yang telah menjaga kamu semua dengan penuh kasih sayang semenjak kamu kecil hinggalah kamu dewasa, tidak sedikit pun ada perasaan belah bagi kepada kami. Ingatlah bagaimana kami merawati kamu semua ketika jatuh sakit walaupun hanya demam biasa sahaja tetapi penjagaan kami kepada kamu semua bagai kami akan kehilangan kamu. Kami tidak minta untuk dibalas jasa kami, kami tidak minta dibelai bagai budak kecil tetapi apa yang kami mahu hanyalah satu penghormatan sebagai ibu dan ayah yang telah berkorban masa dan jiwa kami untuk membesarkan kamu semua...

Sedarlah…sesungguhnya kalian pun nanti akan menjadi ayah atau ibu seperti kami,saat itu kalian akan insaf akan betapa payahnya menjadi ibu dan ayah.Bagaimana sukarnya mendidik anak serta kepayahan mencari keperluan kemahuan anak-anak.Namun apa pun, sebagai seorang Ayah, Papa sering mendoakan kejayaan kalian Dunia dan Akhirat dan mendoakan agar kalian sentiasa di Naungi oleh Allah…Amin….!


Khamis, 12 April 2012

RASULULLAH MEMBELA UMMATNYA



Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah nabi Ibrahim as. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: “TuhanKu dan Penguasaku! Aku adalah khalilMu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini.”

Allah Taala berfirman: “Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya.”

Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: “KalamMu. Aku tidak meminta kepadaMu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!”

Isa as datang di dalam keadaan menangis. Baginda bergantung dengan Arsy lalu menyeru: “Tuhanku... Penguasaku.. Penciptaku! Isa roh Allah. Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!”

Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad SAW menyeru: “Tuhanku.. Penguasaku Penghuluku.... !Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dariMu!”

Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: “Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?”

Neraka pula berseru: “Wahai Tuhanku... Penguasaku dan Penghuluku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari seksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyeksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyeksaan.”

Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhannya.

Allah Taala berfirman: “Di mana matahari?” Maka, matahari dibawa mengadap Allah Taala. Ia berhenti di hadapan Allah Taala.

Allah Taala berfirman kepadanya: “Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud kepada kamu?”

Matahari menjawab. “Tuhanku! Maha Suci diriMu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yang halus?”

Allah Taala berfirman: “Aku percaya!”

Allah Taala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali ganda. Ia telah dihampirkan dengan kepala makhluk.”

Ibnu Abbas r.h. berkata: “Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit.

Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat.

Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan Arsy dan sekali lagi, baginda SAW rukuk untuk memberi syafaat bagi umatnya.

Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya. Mereka berkata: “Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah Taala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.

Daripada Thabit Al-Bani, daripada Usman Am Nahari berkata: “Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara’ r.h. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis.”

Baginda SAW bersabda: “Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?”

Fatimah menjawab: “Aku teringat akan firman Allah Taala.”

“Dan, kami akan mehimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang daripada mereka.” Lalu Nabi SAW pun menangis. Baginda SAW bersabda: “Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang. Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata mereka mengalir di pipi.”

Fatimah r.h. berkata: “Wahai bapaku! Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?”

Baginda SAW menjawab: “Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar Firman Allah Taala:”

Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau satu utusan yang melalaikan dia. ( Abasa: 37)

Fatimah ra. bertanya: “Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapaku?”

Baginda SAW menjawab: “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku.”

Fatimah r.h. bertanya lagi: “Sekiranya aku dapati kamu tiada di telaga?”

Baginda SAW bersabda: “Kamu akan menjumpaiku di atas Sirat sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: “Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: “Aamiin.”

Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Allah Taala lalu berfirman: “Nescaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah.”

Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahanam melebarkan tengkuknya lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.

Apabila seruan dari tengah Arsy kedengaran, maka manusia yang menyembahNya datang beriring. Sebahagian daripada orang yang berdiri di situ berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW!”

Allah Taala berfirman kepada mereka: “Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?”

Mereka berkata: “Kami tidak menyembah melainkan Tuhan Kami. Dan, kami tidak menyembah selainNya.”

Mereka ditanya lagi: “Kami mengenali Tuhan kamu?”

Mereka menjawab: “Maha Suci diriNya! Tiada yang kami kenali selainNya.”

Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniah mencela mereka. Mereka berkata: “Marilah kita pergi meminta syafaat kepada Muhammad SAW!”

Manusia berpecah kepada tiga kumpulan.

1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit.
2. Kumpulan pemuda.
3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar.

Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat. Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.

Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: “Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru: “Di mana Muhammad?”

Mereka berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal kami sahaja. Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh itu tolonglah kami agar memohon kepada Allah Taala untuk menghisab kami dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka.”

Nabi Adam as berkata: “Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Allah Taala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya kerana lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya. Apabila nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.

Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: “Wahai datuk kami, Nuh! Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke neraka.” Nabi Nuh as berkata: “Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Allah Taala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!”

Nabi Ibrahim as berkata: “Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!”

Nabi Musa as berkata: “Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemahuanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku. Pergilah kamu berjumpa Isa as!”

Mereka pergi berjumpa nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. berkata: “Sesungguhnya Allah Taala telah melaknat orang-orang Kristian. Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah Taala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepadaNya mengenai ibuku Mariam.”

Mariam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra’ sedang duduk. Ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: “Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah sesat dari Nabi mereka.”

Suara Mariam, telah didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. “Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Allah Taala.”

Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: “Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku sentiasa memohon kepada Allah Taala untukmu!”

Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya.

Terdengar suara seruan: “Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhanmu!” Nabi Adam as berkata: “Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga Dia akan meminta kepadaku.”

Nabi Adam as pergi menemui Allah Taala. Allah Taala berfirman kepadanya: “Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!”

Nabi Adam as bertanya: “Berapa ramai untukku kirimkan?”

Allah Taala berfirman: Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke neraka.”

Allah Taala berfirman lagi: “Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, nescaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang menderhakaiKu Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan (timbangan). Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu kejahatan dengan satu dosa. Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka bahawa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang yang melampaui batas.”

Nabi Adam as berkata: “Tuhanku! Penguasaku! Engkau lebih utama bagi menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hambaMu dan Engkau Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib!”

Sumber:  Teladan98.Tripod


Jumaat, 6 April 2012

RENUNGAN HARI AKHIR

Iman kepada hari akhir merupakan perkara yang sangat penting dan begitu ditekankan dalam banyak ayat al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya balasan atas kalian akan disempurnakan kelak pada hari kiamat. Barangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung. Tidaklah kehidupan dunia itu melainkan kesenangan yang menipu.” (QS. Ali ‘Imran: 185)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya kematian yang kalian berusaha lari darinya itu pasti akan menemui kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui perkara ghaib maupun perkara yang tampak lalu Allah akan mengabarkan kepada kalian apa saja yang telah kalian kerjakan -di dunia-.” (QS. al-Jumu’ah: 8)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya kegoncangan pada hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu kamu akan melihatnya, setiap ibu yang menyusui lalai dari susuannya, dan setiap ibu yang hamil pun berguguran kandungannya. Dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi siksaan Allah yang amat keras.” (QS. al-Hajj: 1-2).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari itu setiap orang akan lari meninggalkan saudaranya, ibu maupun ayahnya, istri dan anak-anaknya. Setiap orang diantara mereka pada hari itu memiliki urusan yang sangat menyibukkan diri mereka sendiri.” (QS. ‘Abasa: 34-37)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal) itu, maka kamu lihat orang-orang yang berbuat dosa dirundung ketakutan melihat apa yang tertulis padanya, dan mereka berkata, “Kitab apakah ini; ia tidak meninggalkan perkara yang kecil ataupun yang besar kecuali ia perhitungkan juga.” Mereka dapati segala yang pernah mereka lakukan tertulis di sana. Dan Rabbmu tidak akan berbuat zalim kepada siapapun.” (QS. al-Kahfi: 49)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami letakkan timbangan-timbangan keadilan pada hari kiamat, maka tidak ada satu jiwa pun yang akan terzalimi sedikit pun. Meskipun kebaikan itu hanya sekecil biji sawi, maka Kami akan tetap mendatangkannya, dan cukuplah Kami sebagai penghisabnya.” (QS. al-Anbiya’: 47)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semuanya tentang segala yang pernah mereka amalkan -di dunia-.” (QS. al-Hijr: 92-93)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Berlomba-lombalah kalian menuju ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia dari Allah, Allah memberikannya kepada siapa pun yang dikehendaki oleh-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang sangat agung.” (QS. al-Hadid: 21)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia serta perhiasannya maka Kami akan sempurnakan bagi mereka balasan atas amal-amal mereka di dunia itu dalam keadaan mereka tidak dirugikan sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan balasan apa-apa di akherat kecuali neraka, lenyaplah sudah apa yang dahulu mereka perbuat di sana, dan sia-sia amal yang dahulu mereka lakukan.” (QS. Hud: 15)

Allah ta’ala menceritakan ajakan seorang rasul kepada kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah tempat menetap yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la: 16-17)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri darinya maka tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke dalam lubang jarum. Demikian itulah Kami akan membalas orang-orang yang berdosa/kafir itu.” (QS. al-A’raaf: 40)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka penduduk neraka pun memanggil penduduk surga: ‘Berikanlah kepada kami air minum atau -makanan- apa saja yang diberikan Allah kepada kalian.’ Maka mereka menjawab, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir’, yaitu orang-orang yang telah menjadikan agama mereka sebagai bahan senda gurau dan permainan dan tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini Kami lupakan mereka, sebagaimana dulu -ketika di dunia- mereka telah melupakan hari pertemuan mereka ini dan juga karena dahulu mereka senantiasa menentang ayat-ayat Kami.” (QS. al-A’raaf: 50-51)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih bagi mereka itu surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang sangat besar…” (QS. al-Buruj: 11)

Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Maka Aisyah mengatakan, “Wahai Rasulullah, perempuan dan laki-laki dikumpulkan menjadi satu? Tentu saja mereka akan saling melihat satu dengan yang lain.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya urusan di waktu itu lebih dahsyat sehingga untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain pun mereka tidak sempat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6527] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2859])

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak kematian akan didatangkan dalam bentuk seekor domba putih kehitam-hitaman. Lalu ada yang berseru, ‘Wahai penduduk surga’ maka mereka pun mendongakkan kepala seraya memandanginya. Lalu ditanyakan kepada mereka, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Maka mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah kematian.’ Dan mereka semua pun telah melihatnya. Lalu diserukan lagi, ‘Wahai penduduk neraka.’ maka mereka pun mendongakkan kepalanya seraya memandanginya. Lalu ditanyakan, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah kematian’. Dan mereka semua pun telah ikut melihatnya. Kemudian domba (kematian) pun disembelih, dan dikatakan, ‘Wahai penduduk surga, kekallah. Tiada lagi kematian’, ‘Wahai penduduk neraka, kekallah. Tiada lagi kematian.’ Kemudian Nabi membaca ayat (yang artinya), “Dan berikanlah peringatan kepada mereka akan hari penyesalan ketika keputusan itu sudah ditetapkan sementara mereka tenggelam dalam kelalaian.” Mereka memang berada dalam kelalaian; yaitu para pemuja dunia, “dan mereka pun tidak beriman.” (QS. Maryam: 39).” (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Qur’an [4730])

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga dan para penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka didatangkanlah kematian hingga diletakkan di antara surga dan neraka, kemudian kematian itu disembelih. Lalu ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk neraka, kematian sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah gembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6544] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2850])

Dari Sahl radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, tempat meletakkan cemeti di surga itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sungguh berangkat di pagi hari atau di sore hari dalam rangka berjuang di jalan Allah itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6415])

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu senang dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan kepemudaannya tidak akan habis.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2836])

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, tidak ada kehidupan sejati selain kehidupan akherat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6413])

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Jadilah kalian anak-anak akherat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal dan belum ada hisab, sedangkan besok yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi waktu untuk beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq dalam Kitab ar-Riqaq, lihat Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman hal. 1307).

Yahya bin Mu’adz ar-Razi rahimahullah berkata, “Dunia ini adalah khamr setan. Barangsiapa yang mabuk karenanya niscaya dia tidak akan sadar kecuali di tangan tentara kematian dalam keadaan menyesal bersama golongan orang-orang yang merugi.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482 cet. Dar al-Hadits)

Ada seseorang yang bertanya kepada Muhammad bin Wasi’, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Beliau menjawab, “Bagaimanakah menurutmu mengenai seorang yang melampaui tahapan perjalanan setiap harinya menuju alam akherat?” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482)

Al-Marudzi mengatakan: Aku pernah bertanya kepada [Imam] Ahmad bin Hanbal, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Maka beliau menjawab, “Bagaimanakah keadaan seorang hamba yang Rabbnya senantiasa menuntutnya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban. Nabinya juga menuntut dirinya untuk mengerjakan Sunnah/tuntunannya. Begitu pula, dua malaikat yang menuntutnya untuk memperbaiki amalan. Sementara hawa nafsu menuntut dirinya untuk memperturutkan kemauannya. Iblis mengajaknya untuk melakukan berbagai perbuatan keji. Malaikat maut juga menunggu-nunggu untuk mencabut nyawanya. Dan di sisi yang lain, anak dan istrinya pun menuntut untuk diberikan nafkah?!” (lihat Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 19)

Sebagian orang arif berkata, “Bagaimana bisa merasakan kegembiraan dengan dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan perjalanan bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta perjalanan tahun demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya. Bagaimana bisa merasa gembira, orang yang umurnya menuntun dirinya menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring dirinya menuju kematian.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 483)

Allahumma innaa nas’alukal jannah wa na’uudzu bika minan naar. Robbanaa aatinaa fid dunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar.

SUMBER:Muslim.Or.Id

Khamis, 5 April 2012

SAHABAT

Susahnya Mencari Sahabat


Telah menjadi fitrah semula jadi setiap manusia, suka bermasyarakat dan berkawan. Setidak-tidaknya bermasyarakat dan berkawan itu secara terpaksa kerana keadaan kehidupan manusia itu memaksa manusia itu bermasyarakat dan berkawan. Manusia itu tidak seperti malaikat atau haiwan atau pokok kayu yang boleh hidup bersendirian kerana keadaan manusia itu tidak mungkin boleh mengusahakan sendiri setiap keperluan-keperluan kehidupan mereka.

Pengalaman atau realiti kehidupan manusia itu telah memberitahu kepada kita bahawa ada sebahagian kehidupan kita, orang lain yang mengusahakannya. Sepertimana juga sebahagian kehidupan orang lain, kita yang mengusahakannya. Ini berlaku sama ada secara langsung mahupun secara tidak langsung. Secara disedari atau tidak disedari. Justeru itulah manusia cenderung kepada bermasyarakat atau berkawan.

Namun demikian di akhir zaman ini, di antara perkara yang susah hendak dicari, bahkan hampir mustahil untuk didapati ialah mencari sahabat. Untuk mencari kenalan adalah mudah. Nafsu dan sifat yang ada di dalam diri manusia itu yang kadangkala menjadi punca payah hendak bersahabat atau setelah bersahabat, pecah semula kerana perangai negatif masing-masing.

Sekalipun mudah mendapat kenalan sekampung, kenalan disebuah sekolah, kenalan dalam sebuah darjah, kenalan di tempat kerja, kenalan di dalam sebuah jemaah atau kenalan sepermainan, tetapi untuk mendapat seorang sahabat pun amat susah sekali.

Bersahabat tidak sama dengan berkawan. Berkawan itu ikatan di antara manusia yang agak longgar. Mungkin kawan sepermainan sahaja. Diikat oleh permainan yang sama. Mungkin kawan sekerja. Di luar waktu kerja, tidak lagi berkawan. Sekadar itu sahaja. Mungkin kawan separti. Di luar parti, tiada kawan lagi. Mungkin kawan senasib. Apabila nasib sudah tidak sama, hilanglah kawan. Masing-masing membawa nasib. Selepas itu tidak ingin pun hendak bertemu lagi.

Memang untuk mendapat seorang sahabat amat payah. Terlalu sulit. Buktinya dari pengalaman kita, sama ada diri kita atau orang lain, tidak ada yang dapat berkawan dengan seseorang itu berpanjangan. Adakalanya kita boleh berkawan waktu sama-sama bersekolah di sebuah sekolah. Selepas habis persekolahan, tidak pun ingin bertemu.

Waktu sama-sama di tempat kerja, kita rapat dengan seseorang. Selepas berpisah, sama ada tukar tempat kerja atau pencen, tidak ada pun satu sama lain ingin bertemu lagi. Kalau bertemu pun secara tidak dirancang dan diduga.

Adakalanya kita berkawan rapat dengan seseorang. Selepas dia berkahwin atau kita berkahwin atau setelah sama-sama sudah berkahwin, hilang kawan. Tidak ada pun minat hendak bertemu dan berjumpa. Jauh sekali terasa rindu-merindui, hingga hubung-menghubungi, ziarah-menziarahi dan berimemberi. Tiada lagi hadiah-menghadiahkan, tolong-menolong dan bantu-membantu.

Ertinya susah sekali kita melihat seseorang itu bersahabat dengan seseorang sampai ke hujung. Yang sempadannya adalah mati. Sekalipun sudah menjadi lumrah atau budaya, selalu sahaja seseorang itu berkata:
Dia ini sahabat saya.

Sebenarnya apa yang diperkatakan itu bukan sahabat, hanya sekadar berkawan. Ikatan kawan longgar. Ikatan sahabat itu kuat. Ikatan kawan hanya luaran atau dari luar saja seperti berkawan kerana bersama memancing atau bersama memikat burung. Boleh jadi juga berkawan kerana sama-sama memperjuangkan nasib yang sama, seperti sama-sama menjadi ahli di dalam kesatuan buruh dan lain-lain. Apabila nasib selesai atau tidak dapat diselesaikan, masing-masing membawa diri. Tidak ada ikatan lagi. Selepas itu adakalanya tidak pernah bertemu satu sama lain. Sudah tidak tahu-menahu lagi hingga sampai mati.

Mengapa berkawan tidak mahu kekal?Di mana salah dan silapnya?
Sedangkan fitrah semula jadi setiap manusia memang suka berkawan atau cenderung berkawan. Kerana hidup bersendirian tanpa kawan, banyak cacat dan kesusahan yang dihadapi manusia. Manusia yang banyak kawan, lebih ceria dan riang hidupnya daripada orang yang hidup bersendirian. Sebab itulah tabiat manusia suka berkawan. Walaupun begitu manusia ini selalu sahaja dapat kawan dan kemudian hilang kawan. Kawan silih berganti. Payah hendak kekal hingga mati.

Mengapa? Ada beberapa sebab.
Di antaranya:
1. Berkawan itu ada kepentingan peribadi.
Sama ada kedua-dua orang yang berkawan atau salah seorangnya ada kepentingan peribadi. Mungkin berkawan kerana kekayaan orang itu, atau kerana kekuatan orang itu yang mana kalau ada musuh, boleh tumpang berlindung atau menumpang pengaruhnya. Apabila tujuan tersebut sudah tiada lagi, berkawan sudah tidak diperlukan lagi.

2. Berkawan dengan sebab seagama, sebangsa, sekaum, sekampung, senegeri dan lain-lain.
Berkawan apabila bertemu dengan orang yang satu kaum atau satu kampung atau satu negeri atau satu bangsa atau seagama (walaupun agamanya tidak dipraktikkan) di negeri atau negara lain yang asing pada mereka. Di waktu itu mungkin mereka tidak boleh sesuaikan diri di segi agama,bahasa, bangsa atau budaya di situ. Maka di waktu itu mereka amat rapat berkawan kerana satu sama lain perlumemerlukan lantaran sama-sama berdagang di negeri atau di negara orang. Setelah berpisah atau setelah sama-sama balik ke negeri sendiri, walaupun bertemu tetapi hubungan rapat sudah tiada lagi.

3. Kawan kongsi
Berkawan kerana berkongsi berniaga atau berternak untuk hidup. Selama berkongsi bolehlah berkawan. Apabila sudah tidak berkongsi lagi, satu sama lain sudah macam orang lain sahaja. Tidak serapat dulu.

4. Kawan seasrama
Berkawan waktu sama-sama duduk di asrama. Kebetulan pula berkongsi di dalam satu bilik atau duduk di pondok pengajian di dalam satu bangunan. Sama-sama memasak dan mentelaah. Setelah habis pengajian, berkawan sudah tidak berlaku lagi. Seolah-olah macam kenalan biasa walaupun masih selalu bertemu.

5. Berkawan kerana takut
Berkawan kerana duduk di satu kawasan yang banyak berlaku jenayah. Oleh kerana takut bersendirian maka terpaksa berkawan. Setelah jenayah sudah tiada atau masingmasing berpindah, masing-masing membawa diri. Kalaupun masih boleh bertemu tetapi tidak serapat dahulu.

Mengapa berkawan seperti yang digambarkan tadi tidak pernah kekal? Mengapa berkawan tidak berpanjangan?
Tidak kekal berkawan secara itu kerana ikatan tidak kuat. Ia diikat oleh perkara luaran. Diikat oleh keperluan semasa. Diikat oleh keadaan yang memaksa. Ia bukan dijalin oleh ikatan hati yang mempunyai akidah yang sama, ada hubung kait dengan Tuhan yang kekal abadi dan untuk kepentingan kedua sahabat yang berkekalan hingga sampai ke Akhirat.

Dengan kata-kata yang lain, ia bukan ikatan hati dua orang yang berkawan kerana Allah Taala. Orang yang berkawan kerana Allah Taala, kalau berpisah pun kerana Allah Taala. Suka dan benci pun kerana Allah Taala.
Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya: "Tiadalah dua orang yang saling cintamencintai kerana Allah itu, melainkan yang lebih dicintai Allah itu, orang yang lebih banyak cintanya pada rakannya."

Bersahabat kerana Allah Taala, ikatan amat kuat sekali. Ia diikat oleh satu akidah. Ia berkawan tidak ada kepentingan dunia yang sementara ini. Mereka bersahabat kerana iman, akhlak dan kerana ketaqwaan. Bersahabat seperti ini adalah kuat ikatannya. Biasanya sampai mati.

Bersahabat seperti ini mendapat perlindungan di Mahsyar dari Allah Taala yang mana hari itu tidak ada perlindungan melainkan perlindungan dari Allah Taala. Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya: Cinta kasih-Ku terlimpah di atas mereka yang berkasih sayang kerana-Ku. Akan Kunaungi mereka di bawah naungan Arasy pada hari Kiamat yang mana pada hari itu tiada naungan melainkan naungan-Ku."(Riwayat Abiddunya)

Orang yang benar-benar bersahabat ada beberapa peringkat:
1. Sahabat secara umum
Iaitu sahabat yang berada di dalam satu perjuangan Islam atau di dalam sebuah jemaah Islam yang bercita-cita menegakkan Islam di dalam kehidupan individu, rumah tangga, masyarakat, negara dan seterusnya alam sejagat.

2. Sahabat secara khusus
Sahabat secara khusus iaitu orang yang bersahabat dengan lebih mendalam lagi kasih sayang dan ikatan jiwa satu sama lain. Selain daripada diikat oleh sahabat secara umum, ditambah pula kerana ada cita-cita bersama menegakkan Islam.

3. Sahabat yang dipersaudarakan
Sahabat ini lebih mendalam lagi kerana mereka ada membuat perjanjian antara satu sama lain. Bersaudara seolaholah adik-beradik satu keturunan, dari satu ibu dan ayah.Itulah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW di kalangan para Sahabat.

Lanjutan daripada kisah mempersaudarakan para Sahabat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, baginda sendiri mengambil Sayidina Ali karamallahu wajhah sebagai saudaranya. Setelah Rasulullah mempersaudarakan Sahabat-Sahabat Ansar dan Muhajirin,

Sahabat-Sahabat Ansar pun berkata: "Harta benda kami (tanah dan kebun tamar), kami akan bahagi-bahagikan di antara mereka."

Apabila Sahabat-Sahabat Ansar memungut hasil kebun kurma, mereka membahagikan hasil pungutan itu kepada dua bahagian. Salah satu bahagian lebih banyak dari bahagian yang satu lagi. Sahabat Ansar pun meletakkan pelepah-pelepah kurma di bahagian bawahnya sehingga bahagian yang sedikit itu nampak lebih banyak daripada bahagian yang banyak tadi. Mereka pun memberi bahagian yang kelihatan sedikit (tetapi pada hakikatnya inilah yang lebih banyak) kepada saudara mereka, orang Muhajirin dan mereka mengambil bahagian yang mengandungi pelepah kurma itu.

Hal ini berterusan sehinggalah Islam semakin kuat dan mendapat banyak harta lalu Rasulullah SAW telah menawarkan kepada orang-orang Ansar harta-harta itu sebagai membalas budi mereka. Sebaliknya Sahabat-Sahabat Ansar menolak sambil berkata, "Tidak, melainkan tuan membahagi-bahagikannya sama rata dengan saudara-saudara kami (orang Muhajirin)."

Ada seorang Sahabat Ansar bernama Saad bin Rabi` telah dipersaudarakan dengan Sayidina Abdul Rahman bin Auf. Saad berkata, "Ya saudaraku, aku adalah orang yang paling banyak mempunyai harta di Madinah, maka lihatlah olehmu kepada hartaku dan ambillah sebanyak mana yang kamu inginkan. Aku juga mempunyai dua orang isteri, lihatlah mereka, siapa di antara keduanya yang engkau sukai, aku akan menceraikannya untukmu."

Akan tetapi Sayidina Abdul Rahman tidak sanggup menerimanya lalu berkata, Allah memberkati kamu, harta dan keluarga kamu. Tunjukkan aku arah ke pasar."Lalu dia ditunjukkan jalan ke pasar dan Abdul Rahman bin Auf pun berniaga sehingga mencukupi keperluan hidupnya.

Oleh itu, bersahabat besar ertinya. Kerana itulah Rasulullah SAW memanggil pengikut-pengikutnya dengan perkataan Sahabat. Padahal di dalam bahasa Arab ada perkataan lain yang makna lahirnya agak sama, misalnya zamil atau rafiq. Tetapi erti sahabat lebih mendalam dan mesra. Erti sahabat, orang yang sentiasa mengiringi kita, sentiasa ada di samping kita atau selalu berdekatan dengan kita. Erti mengiring atau sentiasa di samping atau berdekatan dengan kita itu, bukan erti luaran sahaja. Bukan sekadar lahiriah sahaja tetapi batinnya sekali. Seperti mengiringi dan mendampingi hati kita. Dekat dengan hati kita. Dengan kata yang lain, seseorang sahabat itu sentiasa memerhati dan memikirkan kehidupan lahir sahabatnya seperti makan minum, pakaian, tempat tinggal, situasi tempat tinggal, sakit pening, susah payah dan pendidikannya.

Bahkan dia juga sentiasa memahami psikologi atau batin sahabatnya seperti tentang perasaan, kegemaran, kebencian, kesukaan, kemarahan, siapa orang yang dia suka dan siapa orang yang tidak disukainya. Bahkan kenal anak isteri, keluarga, sahabat-sahabat dan musuhmusuh kepada sahabatnya itu.

Perlu kita faham itu semua agar dapat kita berkongsi sama dengan sahabat, suka duka, masalah, kemahuan dan kebencian mereka. Agar perkara-perkara yang mereka perlukan bantuan, kita bantu. Manakala yang perlu dijauhi, sama-sama kita hindari dan jauhi. Jika perlu nasihat, kita beri nasihat. Apabila kita bersahabat, kenalah jaga perasaan mereka.

Selain itu kalau kita bersahabat dengan sesiapa, kita kenalah jujur dan amanah serta bertanggungjawab terhadap mereka. Sepertimana kita berlaku jujur, amanah serta bertanggungjawab kepada diri kita, begitu jugalah tanggungjawab kita kepada mereka dan keluarga mereka. Kita kenalah jaga mereka macam kita menjaga diri dan keluarga kita.

Kalau begitu di antara syarat-syarat kita bersahabat ialah:
1. Kalau mereka susah, memerlukan bantuan, kenalah kita bantu sama ada dengan wang ringgit, tenaga mahupun nasihat dan pandangan kita.
2. Kalau mereka meminta sesuatu, kenalah kita beri. Jika kita tidak mampu, minta maaflah kepadanya.
3. Kenalah ziarah selalu dan lihat-lihatlah apakah yang perlu kita bantu.
4. Sewaktu ke rumahnya, bawalah buah tangan.
5. Berilah hadiah terutama di waktu-waktu yang sesuai seperti mereka mendapat anak, waktu perkahwinan dan sebagainya.
6. Di waktu sakitnya kenalah ziarah dan doakan kesembuhannya.
7. Di waktu mereka mendapat sesuatu yang menggembirakan, hendaklah kita juga lahirkan kegembiraan.
8. Di waktu mereka mendapat sesuatu kesusahan dan kesedihan, hendaklah kita juga melahirkan rasa kesedihan dan kesusahan sama.
9. Kebaikannya selalulah kita puji di belakangnya.
10. Kecacatan dan kekurangan atau keaibannya dan keluarganya, hendaklah kita tutup. Ertinya kita jangan mengumpatnya.
11. Kalau ada orang lain mengumpatnya di hadapan kita, kenalah nasihat orang itu atau kita tinggalkan majlis itu.
12. Kalau dia mengajak kita menemaninya ke mana-mana, kenalah kita menerimanya kecuali kalau ada keuzuran yang tidak dapat dielakkan.
13. Kalau dia menjemput ke majlis, wajib kita menerima jemputannya.
14. Kenalah ziarah serta mengambil perhatian keluarganya selepas matinya.
15. Kenalah ziarah sahabat baiknya. Kalau boleh mengambil perhatian kehidupan keluarga mereka selepas matinya.
16. Selalu mendoakannya di luar pengetahuannya atau bukan di majlisnya.
17. Berilah kemaafan di atas kesalahan terhadap kita.
18. Mintalah maaf kepadanya di atas kesalahan dan kekurangan dan kelemahan diri dalam menunaikan tanggungjawab terhadapnya.

PERINGKAT ORANG YANG BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP SAHABAT
Oleh kerana orang yang bersahabat itu tidak sama satu sama lain di dalam menunaikan tanggungjawab terhadap sahabatnya, justeru itu bersahabat itu ada beberapa peringkat:
1. Golongan orang soleh
Iaitu seseorang sahabat terhadap sahabatnya sekadar dapat memberi tanggungjawabnya kepada sahabatnya apabila diminta. Apabila sahabat itu memerlukan sesuatu, kalau dia tahu, (sama ada dia tahu sendiri atau sahabatnya memberitahu atau ada orang lain memberitahu) dia akan membantunya. Dengan kata-kata yang lain dia akan membantu, memberi, menolong sahabatnya di waktu sahabatnya memerlukan bantuannya.

2. Golongan muqarrabin
Iaitu seorang sahabat dapat memberi tanggungjawab terhadap sahabatnya dengan memberi sesuatu kepunyaannya dibahagi dua kepada sahabat-sahabatnya. Apa sahaja yang dia dapat, maka separuh untuknya dan separuh lagi untuk sahabatnya. Dengan kata-kata yang lain setiap nikmat yang dia perolehi dia akan memberi sahabatnya separuh daripadanya iaitu sama banyak atau dibahagi dua.

3. Golongan siddiqin
Iaitu seseorang itu lebih mengutamakan sahabatnya daripada diri sendiri. Ini adalah berdasarkan ayat Al Quran:
Maksudnya: "Saudaramu yang sebenar ialah orang yang sentiasa berada di sampingmu, dia sanggup membahayakan dirinya demi keselamatanmu, orang yang setiap masa bekerja untuk keperluanmu, sanggup mengorbankan segala-gala untuk kepentingan dirimu."

Dalam setiap hal dan keadaan, dia mesti mengutamakan sahabatnya lebih dahulu daripada dirinya sendiri. Sebagai contoh, kalau di dalam masa yang sama dia dan sahabatnya sama-sama memerlukan duit, maka duit itu akan diberi kepada sahabatnya. Kalau dia memerlukan kenderaan, sahabatnya juga memerlukan kenderaan, maka kenderaan itu akan diberi kepada sahabatnya. Kalau ada makan minum, di waktu itu dia memerlukannya, sahabatnya juga memerlukan, maka makan minum itu akan diberi kepada sahabatnya.

Golongan ini lebih menyayangi sahabatnya daripada diri sendiri. Kalau dua orang yang berkawan tidak termasuk di dalam salah satu sifat daripada tiga peringkat atau kategori golongan tadi, dua orang tadi belum boleh dianggap sebagai orang yang bersahabat. Hanya sebagai kenalan atau kawan biasa sahaja. Belum boleh lagi dipanggil sahabat mengikut ukuran Islam.

Kesimpulannya, orang yang bersahabat kerana Allah, besar sekali keuntungannya di Akhirat.
Kebaikannya, mari kita dengar apa kata Al Hadis.

1. "Kasihilah siapa sahaja di bumi ini nescaya akan mengasihi kamu sesiapa sahaja (malaikat) yang di langit."

2. Sebaik-baik manusia ialah orang yang memberi manfaat kepada manusia lain (termasuk meratakan kasih sayang)." (Riwayat At Tabrani)

3. Kebanyakan sebab yang memasukkan manusia ke dalam Syurga ialah taqwa kepada Allah dan kebaikan budi pekerti."

4. Hadis Qudsi menyebut:
Maksudnya:
Cinta Kasih-Ku patut diperolehi mereka yang saling berkasih sayang kerana-Ku, cinta kasih-Ku patut dinikmati oleh mereka yang saling bersilaturrahim kerana- Ku, cinta kasih-Ku patut dikurniakan kepada mereka yang nasihat-menasihati kerana-Ku, cinta kasih-Ku patut dicurahkan kepada mereka yang kunjung-mengunjungi kerana- Ku, cinta kasih-Ku patut dinikmati oleh mereka yang saling memberi kerana-Ku. Mereka yang saling berkasih sayang kerana-Ku dan pada jalan-Ku, (mereka) berada di atas mimbar- mimbar di hari Kiamat dari cahaya suatu kedudukan yang diinginkan oleh para nabi, para siddiqin dan para syuhada." (Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, Al Hakim dan Al Qudha` ie)

Daripada Hadis yang telah dinyatakan tadi, orang yang bersahabat kerana Allah Taala itu ada tiga perkara yang mereka perolehi:
1. Dikasihi oleh Allah dan seluruh penghuni langit.
2. Mendapat keredhaan Allah serta ganjaran pahala dan kurnia yang besar dari Allah.
3. Mendapat perlindungan Arasy di hari Akhirat.

Receive all updates via Facebook. Just Click the Like Button Below

Powered By Blogger Widgets


TUHANKU,AKULAH HAMBA YANG BODOH DALAM ILMU PENGETAHUAN KU INI,MAKA BAGAIMANA TAKKAN BODOH LAGI DALAM HAL-HAL YANG AKU MASIH BODOH LAGI DALAM HAL-HAL YANG AKU MASIH BODOH TIDAK MENGETAHUINYA.

air

TUHANKU, AJARKAN AKU DARI ILMU YANG LANGSUNG DAN MASIH TERSEMBUNYI DIDALAM PERBENDAHARAANMU DAN PELIHARALAH AKU DENGAN RAHSIA NAMAMU YANG TERPELIHARA.
TUHANKU, KELUARKANLAH AKU DARI KERENDAHAN DIRIKU(nafsuku)DAN BERSIHKAN AKU DARI KERAGUAN DAN SYIRIK SEBELUM MASUK KE LUBANG KUBURKU,BEBASKAN DIRIKU DARI TAWANAN HAWA NAFSUKU SERTA BERIKAN DAKU KEYAKINAN YANG DAPAT MENGHILANGKAN SEGALA RAGU DAN KESYIRIKKAN.
TUHANKU,BAGAIMANA AKAN DIHARAPKAN SESUATU SELAIN ENGKAU,PADAHAL ENGKAU TIDAK PERNAH MERUBAH KEBIASAAN PERTOLONGAN DAN KEBAIKKANMU DAN BAGAIMANA AKAN DIMINTA SELAIN DARI ENGKAU SEDANGKAN ENGKAU TIDAK PERNAH MERUBAH KEBIASAAN MEMBERI KURNIA.
TUHANKU,HARAPAN KU TIDAK PERNAH PUTUS DARIMU MESKI PUN AKU TELAH BERBUAT DOSA MAKSIAT, DEMIKIAN PULA RASA TAKUT KU PADAMU TIDAK HILANG MESKIPUN AKU TELAH TAAT DAN PATUH PADAMU.
TUHANKU,ENGKAULAH TUHAN YANG TIDAK ADA TUHAN KECUALI ENGKAU.


Hadits shahih, riwayat Abu Dawud no.2118, an-Nasa-I III/104-105, ad-Darimi II/142, Ahmad I/392-393, 432, ‘Abdurrazzaq no. 10449, ath-Thayalisi no. 338, al-Hakim II/182-183, al-Baihaqi VII/146 dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radiyallahuanhu. (Lihat Kutaib Khuthbatul Haajah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani Rahimullah).

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Rasulullah Shallallah alaihi wa sallam, sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.
Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum.
Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.
Dunia ini umpama lautan yang luas. Kita adalah kapal yang belayar dilautan telah ramai kapal karam didalamnya..andai muatan kita adalah iman,dan layarnya takwa,nescaya kita akan selamat dari tersesat di lautan hidup ini.
Dari Hatim Al-Asom yang bermaksud:
Empat perkara yang hanya diketahui oleh empat jenis orang akan nilainya iaitu:
1. Nilai masa muda hanya diketahui oleh orang tua-tua.
2. Nilai kedamaian hanya diketahui oleh orang yang pernah ditimpa bencana.
3. Nilai kesihatan hanya diketahui oleh orang-orang sakit.
4. Nilai kehidupan hanya diketahui oleh orang-orang yang telah mati.
http://1.bp.blogspot.com/_vW1GG83Zr1U/SfXxhEwt2cI/AAAAAAAACjc/zNWg4-Bw5U4/s400/qaradawi.jpg
"Menggunakan internet untuk menyampaikan maklumat Islam,menyampaikan suara Islam dan memperlihatkan Islam merupakan satu jihad utama"Petikan Daripada Kitab Fikhul Jihad Karangan Prof.Dr.Sheikh Yusuf Al-Qardhawi
Search in the Quran
Search in the Quran:
in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code
www.SearchTruth.com
Search in the Hadith
Search: in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code
www.SearchTruth.com
atau,
Search in the Hadith
Search:
in
Download | Free Code
www.SearchTruth.com
10. Widget Pencarian ayat dan hadits Kodenya:
Search in Quran and Hadith

2 Pictures, Images and Photos
KLIK MONITOR UNTUK TV LIVE

 

Powered by BannerFans.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com > Apabila manusia memuliakanmu kerana harta dan kuasa, maka janganlah engkau berbangga kerana kemuliaan tadi akan hilang apabila hilang kedua-duanya. Akan tetapi hendaklah hendaklah engkau berbangga sekiranya manusia memuliakan mu kerana agama atau tingkah laku mu yang baik.

عن أبي جعفر عليه السلام قال: الصلاة عمود الدين، مثلها كمثل عمود الفسطاط إذا ثبت العمود ثبتت الاوتاد والاطناب، وإذا مال العمود وانكسر لم يثبت وتد ولا طنب.


Dari Abi Ja’far as berkata:


“Shalat adalah tiang agama, perumpamaannya seperti tiang kemah, bila tiangnya kokoh maka paku dan talinya akan kokoh, dan bila tiangnya miring dan patah maka paku dan talinya pun tidak akan tegak.”

قال النبي صلى الله عليه واله: علم الإسلام الصلاة فمن فرغ لها قلبه وحافظ عليها بحدها ووقتها وسننها فهو مؤمن.

“Bendera Islam adalah shalat, maka barangsiapa memberikan hatinya untuknya dan menjaganya dengan batasan dan waktunya serta sunah-sunnahnya maka ia adalah seorang mukmin (hakiki).”

قال النبي صلى الله عليه واله: موضع الصلاة من الدين كموضع الرأس من الجسد.

Rasulullah saw bersabda:

“Kedudukan shalat dari agama adalah seperti kedudukan kepala dari badan.”